Warjok dan Pulang

O34

Hilmi dan Nesta sudah kode-kodean hingga akhirnya Hilmi dan Nesta berdiri barengan membuat semua perhatian tertuju ke mereka.

“ada apa nih?” Tanya Mahesa.

“balik duluan ya, masih ada urusan” Hilmi pamit lalu melakukan tos dengan semua kating-katingnya yang ada disitu seperti layaknya anak tongkrongan. Nesta masih mengekor dibelakang Hilmi layanya anak ayam dan induknya.

“Lha terus temen lo dua orang noh gimana?” Tanya Jeje.

Nesta menepuk jidatnya, lupa kalau mereka kesini berempat bersama dua putri solo yang sedang sibuk bercengkrama dengan Tama.

“anjur gua lupa” bisik Nesta. “gimana ini?” Tanya Hilmi berbisik “Kaga tau anjir” “Lo disini aja, tungguin mereka” “Kaga mau gua, pengen balik juga”

“Ngapa lu berdua” Tanya Luke yang keheranan dan sedikit penasaran.

Nesta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu, sedangkan Hilmi hanya senyum-senyum.

“Gapapa kak, gua duluan ya” kata Hilmi lalu pergi meninggalkan Nesta yang kebingungan.

“gua juga duluan” Nesta berlari menyusul Hilmi.

“WOI HILMI BANGSAT BAHLUL TUNGGUIN GUA”

Anak-anak yang didalam warjok lantas tertawa mendengar suara Nesta yang berteriak memanggil Hilmi ceplas-ceplos.

“gimana ini mi?” Tanya Nesta. Kini mereka berdua sudah ada di parkiran. “sana lu chat mereka dulu”

Nesta lalu mengirim pesan kepada kedua temanya.

“Katanya ini udah selesai, tungguin” “yaudah tungguin bentar aja” “Lagian elu sih bikin perkara aja” “gimana ya mi, khilaf” “Kayanya mereka jadi mikir kalo Lo itu straight. Iya gaksi?” “ngga tau lah” “Denial terus cuma gara-gara masa lalu”

Nesta terdiam. Mungkin salah satu cara untuk melupakan masa lalunya adalah denial tanpa dia tahu itu adalah cara yang salah. Semakin dia denial, semakin dia tidak bisa melupakan masa lalu.

“masa lalu itu biarin aja, kaga usah diurusin, kaga usah diajak. Jangan biarin wisata masa lalu lo itu menyita masa sekarang lo, sampai pada akhirnya lo kehabisan waktu”

Nesta terdiam lagi. Hilmi harusnya benar, perkataan Hilmi itu valid. Nesta paham, hanya saja dia masih kesulitan.

trrrrttt trrtttt tiba-tiba hp Hilmi bergetar di sakunya.

“Halo ma? Sekaran? papa gajadi jemput berarti? Abang kesana sekarang. Iya Abang pelan-pelan bawanya ma, iyaa”

“Yah kelamaan mikir lu bego, ini gua mau jemput nyokap”

“Terus gua gimana dong?” “ya udah lo nunggu dua putri solo dulu” “maksudnya gua pulangnya gimana? gua gak mau pulang bareng Ejej anjir pasti bakalan awkward banget”

“Belum pulang lo pada?”

Suara itu mengagetkan mereka berdua. Ternyata itu Lado yang tiba-tiba udah ada didepan mata mereka sekarang.

“Balik kak?” Tanya Hilmi

“Enggak, ke Alfa depan tuh. Lo pada kenapa belum balik? Katanyabada urusan”

“Eh gimana ya kak ngomongya, intinya gua gak bisa balik sama Nesta soalnya harus jemput nyokap gua, jadi Nesta gaada barengan buat balik”

“Jeje?” sialan pake ditanya lagi batin Nesta saat Lado bertanya.

Nesta tidak menjawab begitupun dengan Hilmi yang cuma garuk-garuk kepala tidak tahu harus menjawab apa.

“Hilmi lo pulang aja, Nesta bareng gua” Kata Lado lalu pergi meninggalkan mereka, dia pergi ke tujuan awalnya yaitu Alfamart.

Jelas Nesta dan Hilmi kebingungan. Malah kalau berangkat bareng Lado, Nesta bakalan tambah canggung banget soalnya baru kenal.

“hah? kok tiba-tiba kak River?” Tanya Nesta.

“kaga tau anjir bodo amat yang penting lu udah punya tebengan kan? udah gua balik assalamualaikum” kata Hilmi yang sudah rapi di atas motor lalu pergi meninggalkan Nesta kebingungan. Tak lupa Hilmi membunyikan klakson kepada Lado karena kebetulan mereka bertemu di gerbang, Lado pun melambaikan tangannya.

“balik sekarang?” Tanya Lado.

“I-Iya kak, tapi...” Nesta ragu dan tentunya malu. Ini beda banget saat pertama mereka bertemu.

“kenapa lu?”

“nunggu Rania sama Yeyen pulang duluan, oh itu mereka” untung saja Rania dan Yeyen sudah datang.

“yaudah gua ambil tas dulu”

Lado pun meninggalkan mereka bertiga.


Selama perjalanan Nesta dan Lado tidak berbicara banyak. Hanya sesekali Nesta menunjukan arah ke rumanya padahal Lado sudah tahu persis karena itu rumah temanya juga.

Lado sempat notis sedikit adanya perubahan di Nesta sejak tadi di warjok. Iya, katakanlah Lado peka. Dia sangat peka karena sedari tadi dia diam-diam memperhatikan Nesta dan segala gerak-geriknya. Walaupun di tidak merespon saat mereka bercerita di warjok tadi, tapi dia dengar, dia amati, dan dia pahami setiap perkataan dan gerak-gerik Nesta.

Karen melihat dari raut wajah Nesta yang bete, maka terlintas dari dalam benak Lado untuk menghibur Nesta.

“Lo kalo lagi sedih atau bete biasanya ngapain?” Tanya Lado dengan memperlambat kecepatan motornya dan sedikit mengeraskan suaranya agar Nesta bisa mendengarnya. Untung saja Lado tidak memakai helm full face.

“hah?” Bukan, Nesta bukannya tidak bisa mendengar pertanyaan Lado, dia hanya refleks karena kaget.

Lado yang mengira kalau Nesta tidak bisa mendengarnya kemudian menepi dan menghentikan mesin motornya. Dia biarkan motornya tanpa di standar, kedua kakinya ditapakkan di tanah untuk menopang motornya.

“kok berhenti?” Tanya Nesta.

“Lo kalo lagi sedih atau bete biasanya ngapain?” Tanya Lado.

“g-gue.. apa ya, kayaknya itu.. eh.. minum es krim”

Lado mengangguk. “Mcd or kfc?” Tanya Lado lagi.

“Mcd sih”

“Oke”

Lado kemudian menyalakan kembali motornya dan melaju menuju tempat tujuan tanpa Nesta sadari. Nesta kaget saat tiba-tiba mereka sudah berhenti di McD.

“ngapain kesini?” Tanya Nesta sambil turun dari motor.

“Beli es krim. Ayo masuk” Lado masuk duluan, dan dibelakangnya ada Nesta yang masih kebingungan dengan tingkah Lado.