maaf ya, nesta
163
Setelah selesai jurit malam, Lado langsung bergegas menyusul ke tenda kesehatan untuk menjenguk Nesta. Tentu saja cowok april ini sangat khawatir dengan mabanya. Setelah mendapat informasi dari Tama bahwa Nesta belum makan dari semalam, rasa khawatir dalam dada Lado semakin memuncak dan dia merasa semakin bersalah.
Posisinya sebagai ados, sebagai kating, sebagai panitia yang berhasil membuat Nesta ambruk di posnya, dan sebagai sahabat kakaknya, Jeje. Lado merasa sangat bersalah atas Nesta dan gagal menjaga Nesta walaupun menjaga Nesta bukan suatu kewajibannya, atau mungkin suatu saat akan menjadi sesuatu yang harus.
Setelah sampai ditenda unit kesehatan, Lado mendapati Jeje dan Tama yang sedang berbicara menghibur Nesta. Perasaan Lado langsung melega saat dia bisa melihat senyum terukir di wajah Nesta.
“Ngapain lu disitu?” Suara berat milik Jeje mengagetkan Lado, alhasil pria itu tersadar dan melangkah pelan mendekati Nesta.
“Ini nih biang keroknya” Ejek Tama. Lado yang tidak tau harus bereaksi apa-apa hanya bisa menggaruk kepalanya yang bahkan tidak gatal, menyalurkan rasa sedikit takut.
“yaudah Nesta, gue balik dulu” Kata Jeje membuat mata Nesta terbelalak.
“Kok balik?” Tanya Nesta
“Gantian dulu, ini ada yang mau jenguk lo juga” Kata Jeje sedikit mengejek, membuat Tama tertawa kecil sedangkan yang dimaksud sedang salah tingkah. Nesta yang juga malu-malu tidak membantah lagi.
“Dah sana jagain adek gue, awas lo berani macam-macam” Kata Jeje sambil menepuk pundak Lado. Lado pun m mengangguk pertanda siap akan menjalankan perintah. Tama yang mengekor dibelakang Jeje lalu juga ikut menepuk pundak Lado menyalurkan support untuk Lado.
Kini Lado sedang duduk dikursi tempat Jeje tadi, disebelah tempat tidur Nesta. Keduanya masih saling diam hingga akhirnya Lado yang memulai dengan meminta maaf.
“Maaf ya, nesta” tiga kata itu mampu membuat Nesta merinding. Tatapan yang Lado berikan begitu tulus sampai-sampai Nesta tidak kuat dan langsung mengalihkan pandangannya, membuang muka karena sudah kepalang malu. Namun Nesta tetaplah Nesta yang dalam hati masih mengomel.
Maaf maaf aja lo anjir, gua gak kuat ini. Tolong jangan robohin benteng pertahanan gua. Kira-kira begitulah celoteh Nesta dalam hatinya.
“Kalau diajak omong itu, diliatin dong orangnya”
Mendengar ucapan dari Lado, Nesta malah tidak menggubris dan bahkan tidak melakukan perintah. Alhasil lado menarik dagu Nesta hingga wajah Nesta kini menghadap padanya. Nesta tidak menolak, tidak menepis tangan Lado, tidak memberontak, karena dia sedang sedang membeku.
“Gue dimaafin gak?” Tanya Lado menatap manik coklat yang adik tingkat itu lekat-lekat. Nesta mengangguk pelan membuat senyum manis terukir dibibir Lado, senyum itu membuat Nesta tidak bisa menemukan manik mata Lado. Hanya ada garisan yang terukir dimatanya.
Indah banget bantin Nesta tanpa sadar dia sudah menatap Lado lekat-lekat, dan cukup lama.
“Udah kali ngeliatin guenya”
Nesta langsung tersadar dan membalikkan badanya sangking malunya. Lado tertawa geli melihat Nesta yang salah tingkah.
“Udah sana balik lo, gue mau istirahat. Jam besuknya udah habis” Kata Nesta masih mebelakangi Lado. Lado tidak berbohong saat dia mengatakan kalau Nesta terlihat lebih menggemaskan kalau dia lagi marah-marah seperti ini.
“Bentar dulu” Lado meletakkan tangannya du pundak Nesta lalu membawa badan Nesta kembali ke posisi sebelumnya, yang lagi-lagi berhasil membuat Nesta kaget.
“Lo kenapa semalam gak makan?” Tanya Lado mengintrogasi.
“Makan kok” Jawab Nesta sambil membuang muka menatap langit-langit tenda.
“Jangan bohong, kata Tama lo belum makan, dan lo punya magh”
Buset tauan aja Celetuk Nesta dalam hati.
“hmm, lagi nggak laper”
“nggak laper atau permen lo nggak cukup sepuluh?”
Nesta tidak menjawab karena memang benar, permennya tidak cukup dan dia sudah malas dengan tingkah panitia yang banyak mau dan suka banget memberikan hukuman dengan embel-embel 'diplomasi' atau 'negosiasi'.
“Maaf ya, nesta. Harusnya gue udah ada pas di game itu dan bisa ngasih lo banyak permen”
Pernyataan yang baru saja keluar dari mulut Lado itu berhasil membuat Nesta melayang dilangit malam tanpa awan, namun bersama bintang-bintang.
“Kalau ada gue, pasti lo gue kasih dua puluh biar lo bisa nambah”
Bukan hanya melayang bersama bintang-bintang, dia sekarang sudah bisa berbaring diatas bulan. Nesta ingin terus begini dan tidak ingin jatuh diantara duri-duri.
“Lain kali deh”
“Hah? Berarti bakal ada yang beginian lagi?”
“Enggak ding haha”
Nesta bisa bernafas lega, dia pikir bakal ada LKMM lagi. Bisa gila nanti dia. Jujur saja, Nesta tidak menyukai hal seperti ini, dia tidak suka dimarah-marah dengan alasan yang tidak jelas.
“Tapi mau kesini lagi nggak?” Tanya Lado.
“Eh?”
“Lo tadi nggak sampai puncak ya bareng teman-teman lo?”
“Emang mereka ke puncak?”
“Tadi kan pos terkahir dipuncak”
“Ih curang banget deh, pasti nanti si Hilmi bakal pamer nih”
“Yaudah nanti kesini lagi bareng gue mau nggak?”
Kalau bisa menghilang, Nesta ingin menghilang diantara bintang-bintang malam ini. Lado sukses membuat dia bungkam dan salah tingkah.
“Gue ngantuk banget mau tidur”
Nesta langsung mengangkat selimutnya menutupi wajahnya. Lado lagi-lagi tersenyum gemas melihat tingkah Nesta.
“Selamat tidur Nesta” ucap Lado sambil mengelus puncak kepala Nesta.
Sedangkan dibalik selimut, muka Nesta udah merah padam seperti tomat.