LKMM Hari Pertama (2)
161
Sore itu setelah mereka menerima materi bersama jurusan lain di ground tempat mereka upcara mebukaan pagi tadi, para peserta diberikan waktu untuk bersih-bersih dan bersiap untuk makan malam. Nesta, Hilmi dan Rio yang masih ngos-ngosan sedang duduk didepan tenda dengan topi mereka sebagai kipas. Mereka hanya memperhatikan para peserta yang lalu-lalang.
“eh tadi kelompok kita menang berapa game dah?” Tanya Rio “tiga dari enam game anjir” jawab Hilmi dengan sedikit menyesal karena dia pengen banget bisa menang semua game, walaupun sangat tidak mungkin.
“eh katanya nanti ada satu game lagi” kata Nesta baru menyadari. “game diplomasi itu gak sih?” Tebak Hilmi, Nesta mengangguk.
Mereka lalu melanjutkan percakapan mereka membahas bagaimana seharusnya game yang mereka susun tadi berjalan lancer kalau saja tidak ada yang keliru di strategi mereka. Hilmi juga sempat kesal dengan salah satu anggota kelompok perempuan mereka yang ketakutan saat game tebak benda jadinya mereka keduluan kelompok lawan untuk menebak benda tersebut. Dan masih banyak keluhan lainnya hingga akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk mandi karena dirasa keringat mereka udah mulai habis.
Saat perjalanan mereka ke kamar mandi yang berada dibelakang tenda mereka, ketiga cowok itu sempat melewati beberapa kakak-kakak panitia yang lagi kumpul membahas sesuatu. Demi apapun Nesta tidak berniat mendengar, tetapi sangat terdengar jelas kalau Julian sedang dimarahi oleh para senior.
“Lo gimana sih Julian? Kegiatan apaan ini bisa-bisanya katua panitianya nggak ada ditempat?” Kalau Nesta tidak salah, itu suara Tama.
“Maaf kak, ini juga tiba-tiba banget Lado ngabarin dan dia juga sudah dapat surat izin langsung dari fakultas, jadi gue nggak bisa apa-apa lagi”
“Kalau gitu, ngapain Lado masih jadi ketua? Lo ganti aja jadi Mahesa ketuanya?”
Saat itu ketiga sahabat yang tak sengaja mendengarnya itu hanya bisa tatap-tatapan kaget dan mempercepat langkah mereka serta sebisa mungkin mereka nggak ketahuan dan tidak menggangu para panitia yang sedang berkumpul.
Bahkan setelah Nesta mandi pun, Nesta masih kebayang apa yang dia dengar tadi saat perjalanan ke kamar mandi. Setahu Nesta, asdosnya itu tidak bisa hadir karena sedang mengikuti pertandingan tetapi, Nesta tidak tahu kalau Lado adalah ketua panitia kegiatan ini. Entahlah, bisa dibilang dia khawatir, dia takut kalau nanti Lado menjadi sasaran para senior.
“Oiii Nesta, ngelamun aja lo” Nesta tersadar dari lamunannya. Pikirannya buyar seketika setelah dikagetkan Hilmi.
“Eh? Apa? Ada apa?” Tanya Nesta.
“Tuh disuruh ngumpul, ayok” Hilmi langsung menarik tangan Nesta. Bagai tak bergairah, Tubuh Nesta ikut tertarik dan mengekor dibelakang Hilmi.
Para peserta saat ini sedang berkumpul di ground dan berbarik sesuai kelompok. Saat ini, Mahesa sedang berdiri dengan megaphone yang hanya digantung dipundaknya tanpa dia gunakan.
“Teman-teman sekalian, sebelum makan malam, kalian ingat kan dengan game diplomasi?”
“Ingat” Jawab semua peserta serempak.
“Makan malam kalian seharga sepuluh permen. Jadi kalian haru menukarkan sepuluh permen untuk makan malam kalian. Darimana permennya? Tentu ada di panitia dan senior. Disini kemampuan kalian sebagai anak HI yang harus pandai dalam berdiplomasi dan bernegoisasi diuji. Bagaimanapun cara kalian, kalian harus bisa mendapatkan 10 permen per-orang agar bisa mendapatkan makan malam”
Nesta menarik nafasnya dalam-dalam. Yang benar saja dia harus berurusan dengan para pantia. Dia malas banget kalau harus melakukan game individu seperti ini. Tetapi dia bisa mati kelaparan kalau tidak makan malam, apalagi habis capek-capek main game. Setelah pengumuman dari Mahesa, semua peserta LKMM llangsung bubar dan mulai mencari kakak panitia dan juga senuior untuk dimintakan permen.
Kedua temannya, Hilmi dan Rio sudah langsung hilang dari pandangan Netsta, namun masih bisa Nesta cari hanya dalam beebrapa detik. Yup, Hilmi sedang sedang menghadap Mahesa, dan Rio sedang mengejar Luke yang selalu lari jika didekati Rio membuat kedua sejoli itu terlihat seperti sedang memerankan adegan bollywood.
Nesta yang tidak tahu harus menghadap siapa hanya duduk didepan tenda melihat teman-temannya yang kini sudah melakukan berbagai hal. Ada yang disuruh push up, ada yang disuruh dance, menyanyi, menyapu, dan hal-hal gila lainnya. Nesta bergidik ngeri, dia tidak ingin melakukan hal itu.
“Lo kok disini aja? Udah dapet permen?” Itu suara Julian yang entah datang dari arah mana tiba-tiba sudah berada didepan Nesta. Nesta hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu. Kalau dia bilang malas, bisa saja kena semprot panitia, kalau dia bilang sudah, entah apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Eh, ini mau nyari kok, tadi kaki gue kesemutan kak” Ada saja alasan Nesta, bahkan sampai pura-pura meluruskan kakinya layaknya orang yang lagi kesemutaan. “Oh yaudah” Kata Julian yang lalu berlalu melewati Nesta. “Eh kak!” Nesta langsung berdiri dan berlari menyusul Julian. “Kenapa nesta?” “Lo punya permen kan ya?” “Punya”
“Gue harus apa nih kak biar bisa dapat permen dari lo?” “Ya lo penawarannya apa dulu, lo harus bisa bernegosiasi dulu” Lagi dan lagi Nesta menggaruk tengkuknya karena kebingungan. Kalau boleh jujur, dia anaknya tidak suka yang ribet-ribet begini.
“Gimana ya ka, gue tuh jarang banget nego barang gitu, berapapun gue jabanin, gue juga jarang ikut ke pasar sama nyokap jadi nggak tau deh gimana cara negonya”
Julian sudah berusaha buat nahan ketawanya tapi susah, pada akhirnya dia tertawa mendengar penjelasan dari Nesta. Sontak ketawa Julian mengundang banyak perhatian, Nesta jadi malu.
“Kenapa bro?” Tanya Luke yang masih berkutat bersama Rio. “Nih maba lo kaga tau bernegosiasi” Jawab Julian. Nesta sudah mengepalkan tangannya sangking kesal, harusnya Julian tidak perlu mengumbar begitu saja.
“Hahaha padahal kakaknya mah jago tuh soal begituan” Sahut Luke. Nesta sudah megerutkan keningnya kesal, lagi-lagi kakaknya dibawa-bawa padahal Jeje sama sekali tidaka da hubungannya dengan ini. “Apaan sih, kok bawa-bawa kakak gue, nggak ada hubungannya kali” Kata Nesta pelan, sangat pelan sampai dia pikir tidak ada yang mendengarnya.
“Terus gimana dong kak?” Tanya Nesta. “Lo mau gimana deh? Maksudnya tawaran lo ke gue itu apa biar lo bisa dapat permen dari gue. Lo mau ngelakuin apa?” “Ntar deh gue pikir-pikir dulu kak” Kata Nesta lalu pergi meninggalkan Julian yang juga kebingungan dengan Nesta.
Saat perjalanannya mencari-cari panitia yang bisa dia mintakan permennya, Nesta bertemu dengan Adel. Dia lalu memberanikan diri untuk menghadap Adel. “Kak..” Baru saja Nesta memanggil Adel, Adel langsung buang muka cuek. “Kak Adel, gue mau bernegosiasi sama lo” “Emang lo tau di gue ada permen?” “Katanya semua panitia punya permen” “Ohh, tadi gue nggak ngambil sih, males gue ngeladenin beginian” Kata Adel lalu meminggalkan Nesta yang kebingungan parah.
Dia sudah berusaha meminta ke Mahesa dan Luke tapu ternyata sudah habis, katanya sudah dikasigh semua ke Hilmi dan Rio. Nesta sempat meminta ke Tio, untung saja Nesta hanya disuruh hafalin perkalian 9 akhirnya dia bisa mendapaykan permen walau hanya dapat 3. Nesta sudah menawarkan untuk meminta tantangan lagi tapi tawarannya tidak menarik bagi Tio. Nesta juga mendapat 3 dari Yoga karena berkat skill nya membuatkan kopi akhirnya dia memberikan tawaran itu ke Yoga.
Saat ini Nesta sudah mendapat 6 permen, masih ada 4 lagi yang harus dia cari. Diseberang tenda tepatnya disampung pohon besar tempat Luke dan Rio tadi ada Tama, tapi dia tidak berani meminta karena sudah ketakutan duluan, yang benar saja dia baru saja mencari masalah dengan Tama jadi mentalnya sudah menciut.
Kini raut wajah kegirangan terpancar diseluruh peserta LKMM jurusan Hubungan Internasional. Bisa ditebak, mereka dengan wajah girang penuh tawa itu adalah mereka yang sudah berhasil mengumpulkan sepuluh butir permen untyk ditukarkan dengan makan malam. Termasuk Hilmi dan Rio yang kini datang bersamaan menghampiri Nesta yang duduk ditempat biasa dia duduk, didepan tenda.
“Punya lo udah?” Nesta langsung bertanya memastikan kalau kedua temannya itu menyelesaikan misi mereka. “Iya nih, gue langsung dapat sepuluh dari Mahesa hahaha” Jawab Hilmi dengan penuh tawa
“lo ngapain aja emang?” Tanya Rio yang penasaran “Gue bilang aja, kalau dia ngasih gue sepuluh permen sekaligus, gue mau diantar jemput sama dia kalau ke kampus” “Anjir bucin banget ego” Nesta langsung mendorong Hilmi yang kini sedang mengambil ancang-ancang duduk disamping Nesta. “Lo berapa Rio? Gue liat tadi lo sama kak Luke udah kaya syuting film India anjir, main kejar-kejaran” Tanya Nesta.
“Gue dapat sepuluh juga dari Luke, tadi gue disuruh nyanyi anjir, terus pas gue habis nyanyi dianya kabur yaudah gue kejar ampe mampus” Jelas Rio mebara-bara. Enak ya, punya priviledge. Kata Nesta dalam hati. “Lo gimana heh?” Tanya Hilmi memastikan sahabatnya ini sudah dapat atau belum.
“Aman gue” Jawab Nesta. “Lo dikasih kak Julian ya? Tadi gue liat lo sama kak Julian” Tanya Rio, Nesta hanya tersenyum.
Tiba-tiba suara Tama dari microphone memerintahkan mereka semua untuk berkumpul di ground, mereka pun langsung lari secepat mungkin khusunya Hilmi yang dari tadi mengeluh lapar sedangkan Nesta? Dia kembali masuk kedalam tenda dan memejamkan matanya, semoga dia bisa menahan lapar.