Ketemu Ortu
207
“Nesta!! Bangun!! Kelas lu anjir oii!!” Jeje mengetuk dan menggedor-gedor pintu kamar Nesta saat mendapati anaknya belum bangun juga sedang waktu tersisa setengah jam sebelum mata kuliah ilmu politiknya dimulai.
Lado sekarang sudah duduk dimeja makan bersama dengan kedua orang tua Nesta. Tadi disuruh sarapan bareng sama Ayah Nesta.
“Anjir berisik banget lu, je” Nesta yang bangun dengan rambut acak adul dengan mata sembab dan raut wajah kesalnya saat membuka pintu kamarnya kasar.
“Bangun! ini udah mau jam sembilan!” Kesal karena niat baiknya membangunkan adiknya tidak dihargai, nada bicara Jeje naik membuat adiknya itu tersadar dan langsung menutup kencang kamarnya bersiap untuk berangkat ke kampus.
“Banting aja itu pintunya! Banting lebih kenceng kalo bisa! Pintunya rusak, baru tau rasa!” Karena mendengar suara pintu kamar Nesta yang sangat kencang itu, Ibunya langsung mengomel dari lantai satu tepatnya diruang makan. Lado hanya bisa geleng-geleng kepala, kurang lebih disetiap rumah punya masalah yang sama.
Nesta berlari dengan rusuh menuju ruang makan dan seperti mobil yang melaju direm mendadak, Nesta pun seperti itu saat melihat kehadiran Lado yang tengah makan bersama keluarganya.
“Hah anjir ngapain lu disini?!” Nesta kaget bukan main.
“Makan sini, cepetan ntar lu telat” Lado langsung menarik tas Nesta yang kemudian Nesta ringan bagaikan kapas ikut terhuyung dan duduk dimeja makannya.
“Ini River katanya mau jemput kamu, tapi kamu malah keenakan tidur” Jelas Ibunya yang sudah mendengarkan cerita dari Lado tadi.
“Ibu kenal dia?” Tanya Nesta.
“Ya kenal lah, orang dia dulu tetangga kita, Ayahnya sama Ayah kamu sudah sahbatan lama” Jelas Ibu Nesta membuat mulut Nesta ternganga tidak sanggup lagi mengeluarkan kata-kata.
“Lu kok gak cerita?” Nesta langsung menarik baju Jeje.
“Apasih anjir makan dulu, telat lu baru tau rasa”
Nesta pun dengan mulut memble nya akhirnya mengambil makan dan makan dengan perasaan campur aduk.