Jurnal date
140
Nesta ngusap rambutnya kasar, dia kayaknya sudah muak dengan jurnal dan bahas tentang world war ini. Dari dulu dia benci sejarah, tapi dia harus akan berkutat dengan sejarah kali ini mungkin sampai dia lulus karena di HI akan banyak mempelajari banyak fenomena atau sejarah internasional.
Lado yang lagi asyik-asyiknya ngetik tiba-tiba ngelirik Nesta dengan ekor matanya, lalu pria itu tersenyum kecil. Dia ngeliatin tingkah Nesta persis seperti dia tahun lalu yang hampir gila dengan jurnal karena masih belum terbiasa.
Tanpa basa-basi, Lado langsung ngambil buka Nesta lalu di baca udah sampe mana tulisan Nesta. Sang pemilik buka nggak ngelawan, cuma sedikit kaget. Nesta sudah tidak ada gairah untuk berantem.
“Baru segini?” Tanya Lado. Nesta dengan muka melasnya mengangguk.
“harusnya lo tambahin sebab umum sama sebab khusunya. Perkembangan nasionalisme Eropa sebenarnya nggak usah banyak-banyak. Terus jelasin juga bagaimana perkembangan sistem militernya dan bagaimana sampai terbentuknya aliansi antar negara” Jelas Lado. Nesta hanya manggut-manggut tak berdaya
“Oh ya sebenarnya kalo di jurnal ini banyakin pandangan umum lo aja sih, soalnya point gue nilainya tuh gue butuh pendapat mahasiswa setelah baca materinya. Jadi diakhir jangan lupa kasih pandangan lo juga”
Muka Nesta udah memelas, Lado yang ngeliatnya ketawa kecil lalu dia mencubit pipi Nesta pelan.
“Ayo semangat dong, mau jadi diplomatkan?”
“Kaga anjir, itu mah si Hilmi”
“Udah sana lanjut, nanti gue periksa lagi”
“Nggak deh, ntar aja gue lanjutin di rumah. Capek gue”
Nesta menutup bukunya tapi langsung di tahan oleh Lado lalu ditarik buku Nesta. Lado juga mengambil pulpen Nesta yang tergeletak dimeja, setelah itu dia menulis sesuatu dibuku Nesta.
“udah sana kerjain, itu garis-garis besar yang harus lo tulis di jurnal lo. Harusnya dapat bintang lima ya, udah dibantuin langsung sama asdosnya gini”
“nggak sekalian apa ya dikerjain punya gue?”
“Oh lo mau?”
“Enggak ding bercanda hehe” Nesta nyengir sambil mengambil buku dan pulpennya dari kuasa Lado.
“Cepat kerjain, jam empat harus udah selesai habis itu gue temenin Lo nyari peralatan buat besok”
“Nggak usah deh ya, sebenarnya semua peralatan itu udah ada dirumah gue jadi ngga perlu beli lagi”
“Yah padahal itu satu-satunya alasan biar gue bisa jalan sama lo”
Deg. Detik itu juga tanpa Nesta sadari mukanya merah padam, aduh pokoknya Nesta malu banget. Dia pura-pura tidak dengar aja lalu mulai menyibukkan diri dengan nulis jurnalnya lagi, tidak menanggapi pernyataan Lado sama sekali. Lado yang ngeliatnya cuma senyum-senyum sendiri karena gemes dengan tingkah sang maba ini.