Jurit Malam

161

Jam 1 pagi semua peserta LKMN dibangunkan dengan bunyi sirene yang keluar dari megaphone. Tak lupa juga kakak-kakak panitia mulai berteriak membangunkan mereka. Nesta, Hilmi dan Rio pun langsung bangkit dari tidur mereka sangking kagetnya. Setelah itu semua peserta langsung disuruh berbaris didepan tenda mereka.

“nesta, muka lo pucat banget” Bisik Hilmi yang berdiri dibelakang Nesta. Nesta hanya tersenyum lalu menggeleng kecil.

“Eh gue nggak liat lo semalam makan” Bisik Hilmi lagi.

“Ada kok” Balas Nesta pelan. Hilmi tidak membalas, yang penting dia tau Nesta sudah makan malam.

Setelah itu mereka hanya bisa melihat muka garang panitia yang tidak memberikan senyum satu senti pun. Membuat suasana malam tengah malam itu lebih menyeramkan.

“Sekarang waktunya jurit malam, perkelompok akan bergantian menuju pos. Pos nya dimana Aja? Kalian hanya harus mengikuti arah obor sepanjang jalan, dan jika kalian melihat ada 2 lampu botol maka disitu adalah pos” Jelas Mahesa.

“Jangan ada yang berisik, senter jangan diarahkan ke aras, jangan bermain-main dengan senter, jangan berkata kasar” Tambah Luke.

“Yang sakit harus cepat melapor ke pos, jangan dipaksain” tambah Adel.

“Semuanya paham?” Tanya Mahesa memastikan.

“Paham kak” mereka menjawab dengan suara yang tenang namun tetap serentak.

Setelah itu mereka berdoa bersama sesuai ajaran dan kepercayaan mereka masing-masing lalu diawali oleh kelompok satu.

“Jangan kosongkan pikiran, jika kalian menemukan pos kalian harus memberikan kode 'hidup mahasiswa' dan sampai kakak panitia itu menjawab. Kalian hanya bisa mengatakan 3 kali dan jika kakak panitia tidak menjawab selama 3 kali, maka kalian berhak meninggalkan pos itu dan mencari pos lain” Tama menjelaskan kepada kelompok pertama yang dibalas dengan anggukan pertanda mereka mengerti. Setelah itu kelompok pertama pun mulai berjalan menyusuri kegelapan dengan berbekal senter.


Tibalah saat kelompok Nesta dkk. Mereka berada dikelompok terakhir. Entah ini sengaja atau kebetulan. Jujur saja Nesta juga khawtair dan sedikit takut. Dia sudah bisa membaca jelas diwajah panitia yang ingin membantai habis kelompok mereka.

Setelah mendengarkan penjelasan dari Tama, mereka pun mulai melangkah. Awalnnya mereka sempat mengatur posisi dimana ketiga teman cewek mereka berada ditengah, Sedangkan cowok-cowok berada dipinggir. Mereka memutuskan untuk jalan berbarengan dan bergandengan tangan.

“Woy jangan lupa baca Ayat kursi” ucap Aldo salah satu anggota mereka.

“Lo aja yang baca Do, gua kaga hafal” Ujar Hilmi membuat mereka sedikit tertawa.

“Bisa-bisanya Ayat kursi gak hafal, tapi seribu satu makian lu hafal” Ejek Rio

“Jangankan makian, semua kode cheat game dia hafal” Tambah Nesta yang lagi-lagi membuat satu kelompok tertawa.

Mereka pun mulai menemukan lampu botol yang mana disitu juga terlihat ada 2 panitia sedang duduk menunggu mereka.

“Hidup mahasiswa” ucap mereka bersamaan dengan nada pelan.

“Hidup mahasiswa”

“Hidup mahasiswa”

Bahkan sampai kali ketiga mereka tidak menjawab. Nesta dan kawan-kawannya lalu saling melempar pandang. Mereka bingung apa mereka harus meninggalkan pos ini?

“gimana ini?” Bisik Hilmi “Tinggal aja ayo” Jawab Rio “Eh tapi masa iya beneran ditinggal?” Aldo menahan mereka “Apa nyoba sekali lagi? Habis itu kita tinggal?”

Akhirnya mereka menyoba sekali lagi karena mereka sangat dilema. Jika ditinggal dikira nggak sopan bisa-bisa mereka bakal kena omel baru di pos pertama.

“Hidup mahasiswa”

Kedua kakak panitia itu berdiri dengan muka garang mereka.

“Begitu aturannya?' Tanya salah satu kakak panitia. Mereka terdiam.

“Siapa yang buat aturan ngucap password 4 kali? Bukannya kalo udah 3 kali ditinggal pos nya?”

“Baru pos satu udah ngelanggar aturan aja”

Kelompok mereka hanya terdian dan menyesali apa yang sudah menjadi keputusan mereka tadi.

“Maaf kak” ucap salah satu dari mereka.

Setelah meminta maaf mereka pun melangkah pergi dari pos itu, tidak mau berlama-lama karena nanti kehabisan waktu.

“Yailah, tau gitu kita tinggal aja tadi”

“Belagu amat dah”

“Pokoknya sekanjutnya langsung aja kita tinggal”

Kurang lebih seperti itu keluhan mereka.


Mereka sudah hampir sampai ke pos berikutnya, namun pada saat itu kondisi Nesta sudah tidak baik-baik saja. Muka Nesta sudah mulai pucat dari sebelumnya. Walaupun dari kegelapan, Hilmi bisa melihat itu. Badan Nesta pun mulai bergetar.

“Nesta lo gapapa?” Tanya Hilmi. Nesta hanya tersenyum tipis lalu mengangguk pelan.

“Ta, muka lo pucat” Tambah Rio.

“Gapapa sumpah ayo lanjut aja itu ditungguin sama kakak-kakaknya” Kata Nesta lalu menarik teman-temannya berjalan menunju pos yang sudah ada didepan mata mereka.

Saat itu mata Nesta langsung membulat saat tau siapa yang ada di pos ini. Walaupun Nesta sudah biasa dengan katingnya ini, tapi entah megapa auranya sangat berbeda membuat Nesta bergidik ngeri.

“Hidup mahasiswa”

“Hidup”

Tidak seperti pos-pos sebelumnya, kali ini dijawab dengan cepat, mereka lega.

“Disini gue River yang akan mengambil alih pos ini, ya dan gue sendrian. Gue nggak suka basa-basi, ini pos kemahasiswaan. Sebelum gue ke pertanyaan inti, gue mau ngetest dulu, lo pada hafal sumpah mahasiswa nggak?”

Mereka terdiam, tidak ada yang menjawab.

Mampus, batin Nesta.

“Dari ujung sana, Rio lo hafal kan?” Tanya Lado. Rio hanya terdiam lalu menunduk.

“Jangan menunduk! Gue didepan lo! Yang ajak ngomong lo gue bukan tanah!”

“Sumpah mahasiswa gak hafal? Yaudah kalau gitu, pasti diantara lo berenam pasti ada yang hafal kan?”

Semuanya terdiam. Nesta menarik nafasnya panjang. Sebenarnya dia hafal tapi dia tidak yakin.

“GAK ADA YANG HAFAL?” Suara Lado meninggi dan nyaring.

“Semuanya turun, ambil posisi!” Perintah Lado.

Mereka langsung kaget dan tidak pernah mengira bakal ada hukuman fisik seperti ini. Perlahan mereka mulai turun dan mengikuti perintah Lado untuk melakukan push up.

“Lado gila lo!” Itu suara Luke yang datang entah dari mana berlari mengampiri pos mereka.

“Lima kali, cepat berhitung!” Tidak menghiraukan Luke, Lado masih melanjutkan aksinya. Nesta dan kawan-kawannya pun menurut dan mulai berhitung bersama.

“Naik semua!” Ternyata ada pertentangan dari Luke.

Nesta dan kawan-kawannya jadi dibuat dilema, mereka tidak tau harus menurut kepada siapa.

“Kenapa berhenti? Ini pos gue, lo semua ada disini atas kuasa gue!”

“Lo semua gak salah masa mau disuruh push up begini?”

“Berhitung dari awal! Kali berhenti gue tambah 5 lagi hukumannya!”

Mereka pun akhirnya melakukan push up dan berhitung bersama.

Brukk!!

Pada hitungan keempat, tubuh Nesta ambruk. Membuat semua panik, ya semuanya termasuk Lado yang memberikan hukuman. Luke langsung dengan cepat tanggal mengangkat tubuh Nesta dan membawanya menuju tempat medis yang cukup jauh dari pos mereka sekarang. Awalnya Lado yang ingin membawa Nesta namun dilarang keras oleh Luke.

Lado terdiam. Teman-teman Nesta terdiam dengan posisi yang sudah berdiri karena disuruh Luke tadi.

Apa itu tadi? Saat itu juga Lado mulai memaki dirinya sendiri.