Hari kedua LKMM
179
Hari terakhir LKMM ditutup dengan penampilan angkatan dan api unggun. Sebelumnya angkatan mereka sudah dikasih tau untuk tampil angkatan. Ide yang muncul dari Hilmi yaitu musikalisasi puisi tetapi musiknya dari paduan suara mereka.
“Puisi jangan lupa stand by pas masuk reff” Hilmi selaku koordinator mulai mengecek. Nisa, salah satu teman angkatan mereka yang ditugaskan untuk berpuisi ngacungin jempolnya, walau gelap Hilmi masih melihat kode itu.
Nesta mulai membuka dengan mengikuti pidato anak kecil di music video nya.
Think about the generations say we want to make it a better place for our children And our children's children so that they They, know it's a better world for them And think if they can make it a better place
Lalu mereka mulai bernyanyi,
There's a place in your heart And I know that it is love And this place it was brighter than tomorrow And if you really try You'll find there's no need to cry In this place you'll feel there's no hurt or sorrow
Pandangan Lado kini hanya berfokus kepada Nesta, dengan pikiran lain. Pikirannya kacau, Nesta jelas-jelas menolaknya.
Disebelah ada Tama yang merangkul Lado, mengajaknya ikut bernyanyi karena beberapa panitia juga ikut bernyanyi.
There are ways to get there If you care enough for the living Make a little space Make a better place
Awalnya para panitia dan senior alumni masih melihat performance itu biasa saja. Tetapi saat reff, mereka dibuat menganga.
Saat reff mulai dinyanyikan, tiba-tiba semuanya mengangkat botol tumblr mereka yang bermacam-macam warnanya, lalu dibawah botol itu disenter agar botol bisa menyala. Terlihat sangat indah jika dipandnag dan khidmat saat mereka bernyanyi
Heal the world Make it a better place For you and for me, and the entire human race There are people dying If you care enough for the living Make a better place for you and for me
Belum lagi dengan puisi campaign yang dibawakan Nisa membuat hati mereka tersentuh.
Penampilan itu dihadiahi tepuk tangan yang meriah dari penonton, bahkan katanya ada beberapa panitia dari jurusan lain ikut menonton dan bahkan terharu dengan penampilan mereka.
Lado tersenyum bangga melihat Nesta yang terlihat bahagia.
Acara itu ditutup dengan api unggun dimana semuanya melingkar dan duduk selang seling antara maba, panitia, senior alumni. Dan malam itu Nesta kedapatan duduk disebelah Lado.
Agenda api unggun kali ini beberapa maba ditunjuk untuk memberikan kesan dan pesan selama LKMM. Bukan hanya maba, para panitia juga diberikan kesempatan untuk berbicara.
“Menurut gue acaranya asik banget dan gue dapat banyak pelajaran. Yang paling menantang itu pas lo harus menerima materi pagi-pagi banget dan berkabut. Rasanya ingin tidur dibawah selimut aja. Pesannya, semoga acara seperti ini kedepannya lebih baik lagi” Itu suara Hilmi yang mengajukan dirinya sendiri untuk memberikan kesan dan pesan.
“Selanjutnya siapa nih panitia?”
Lado berdiri, semua mata seperti dikomando langsung tertuju kepada pria yang kini terlihat tinggi menjulang, dengan muka datarnya. Kecuali Nesta, yang duduk membeku disebelah Lado dan tidak berani bergerak sedikitpun.
“Hai, pertama-tama gue minta maaf banget sebagai ketua panitia gue nggak hadir dihari pertama karena gue ada tanding basket antar univ dan gue nggak bisa nolak banget. Gue minta maaf ke kahima gue Julian, wakil gue Mahesa dan teman-teman panitia sekalian.
Maaf kesannya gue nggak tanggungjawab banget, dan ya gue udah dihukum sama kak Tama disuruh jaga pos sendirian. Jujur agak ngeri. Dan buat teman-teman angkatan 18, selamat kalian udah resmi menjadi Keluarga Besar Hubungan Internasional, sudah resmi menjadi mahasiswa HI. Tetap semangat, jangan lupa ngejurnal!”
Kalimat terkahir membuat semua orang tertawa termasuk Nesta, lagi-lagi dia ngingetin jurnal. Terlalu mendalami perannya sebagai asisten dosen.
Setelah itu Nesta ditunjuk untuk memberikan kesan dan pesan. Awalnya Nesta menolak, katanya no comment karena jujur dia tidak menikmati acara ini kecuali penampilan angkatan tadi.
Nesta tidak suka dengan sistemnya yang harusnya latihan keterampilan manajemen mahasiswa menjadi latihan keterampilan menatar mahasiswa. Lado yang duduk disampingnya hanya melirik Nesta walaupun dirinya tidak dilirik balik. Setelah dipaksa akhirnya Nesta berdiri.
“Hai gue nesta, jujur gue nggak tau mau ngomong apa karena gue sebenarnya nggak terlalu menikmati acaranya ini”
Lado memejamkan matanya, dia yang khawatir kalau nanti pernyataan Nesta bikin banyak pihak tersudutkan.
“No offense ya, you all did such a great job but, sorry to say gue rasa judul LKMM Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa nggak cocok buat acara ini. Kenapa nggak diganti jadi Latihan Keterampilan Menatar Mahasiswa. Uji materi? Bisa dengan focus grup discussion aja nggak usah pake jurit malam kaya anak pramuka. Gue sebenarnya nggak mau ngomong karena takut bikin sakit hati dan menyinggung, tapi kalian yang maksa gue ngomong. Pesannya, semoga di LKMM selanjutnya bisa lebih ditimbulkan aja sih unsur Keterampilan Manajemen Mahasiswa nya, makasih”
Bohong kalau dibilang Nesta nggak takut, bohong kalau dibilang Nesta nggak tremor, aslinya dia pengen pingsan lagi dan sudah siap dengan segala cacian seolah habis ini dia yakin semesta akan menghukumnya. Segala skenario sudah Nesta bayangkan tapi, skenario jahat dipikirin Nesta itu berbanding terbalik dengan kenyataan bahwa dia mendapatkan tepuk tangan dari panitia.
Lado yang disampingnya lagi-lagi tidak berhenti tersenyum bangga. Dia lega akhirnya ada yang bisa menerima pendapat Nesta. Sedangkan keadaan Nesta sekarang? Dia masih was-was aja takutnya dia akan diserang belakangan.
Semua orang sudah balik ke tenda masing-masing, hanya tersisah Nesta dan api unggun kecil yang masih setia menghangatkan Nesta pagi ini, tepatnya pukul 4 pagi yang matahari masih malu-malu untuk terbit.
“Nesta..” suara berat tidak asing ditelinganya itu terdengar dari arah belakang, yang membuat Nesta otomatis menoleh mengikuti arah suara. Lado sedang berjalan mendekatinya.
“Lo belum tidur?”
Nesta hanya menggeleng. Lalu mendekatkan telapak tangannya ke arah api unggun bermaksud menghangatkan tangannya yang dingin.
“Lo keren” Dua kata dari Lado berhasil membuat Nesta merinding. Dalam hatinya dia berusaha untuk tidak termakan rayuan itu. Nesta hanya tersenyum sambil menggeleng kecil.
“Lebih keren lagi kalau lo jadi pacar gue”
DEG!!!
Aliran darah Nesta serasa mengalir deras, tulang-tulangnya lemas, tangannya berkeringat, jantungnya serasa berada di arena balapan.
Nggak sekarang River Orion Lado, batin Nesta.
Nesta memejamkan matanya tak mampu menatap Lado yang kini sedang menunggu tanggapannya.
Tiba-tiba tangan Nesta yang berkeringat dingin itu diraih oleh Lado.
“Dingin banget, padahal gue cuma latihan doang, siapa tau suatu saat nanti kata-kata itu bisa gue pake lagi” Lado tertawa kecil.
SIALAN
“Brengsek lo” Kata Nesta kesal.
“Kalau mau sekarang, tinggal gue ulang?”
“Jangan main-main sama gue” Kata Nesta lalu berdiri dan meninggalkan Lado yang diam tak berkutik.
“Padahal gue tadi udah tulus, tapi langsung gue ganti suananya haha.. susah banget lo Nesta” ucap Lado pelan sambil memperhatikan punggung Nesta yang berjalan menunju tendanya.